(Relational Unified Process) adalah proses
rekayasa software dengan pendekatan alokasi tugas-tugas dan tanggung jawab
dalam organisasi pengembangan software. Tujuannya adalah untuk memastikan
software yang dihasilkan berkualitas tinggi yang memenuhi kebutuhan klien
dengan jadwal dan anggaran yang telah ditentukan.
Cara RUP meningkatkan produktivitas tim yang terlibat
adalah dengan menyediakan untuk setiap anggota, akses pada knowledge base
dengan petunjuk, template, dan alat bantu untuk mendukung aktivitas
penting dalam pengembangan software.
Knowledge base ini berisi pengalaman-pengalaman
terbaik yang terbukti berhasil (best practices), yaitu :
a.
Pengembangan
sofware secara iteratif.
b.
Model
software secara visual.
c.
Mengelola
requirements.
d.
Verifikasi
kualitas software.
e.
Menggunakan
component-component architectures.
f.
Pengendalian
perubahan pada software.
Gambar 1.1 RUP Workflow (Relational Unified Process)
Walaupun dalam prosesnya tetap melalui tahap-tahap
sebagaimana siklus hidup manajemen proyek, tei dalam setiap fasenya
selalu dilakukan peninjauan ulang terhadap setiap deliverables
yang dihasilkan masing-masing fase agar tercapai kualitas yang diinginkan
dan untuk mengakomodasi perubahan-perubahan yang terjadi secara dinamis.
Untuk melakukannya dibutuhkan knowledge base yang dapat diakses oleh
setiap anggota tim yang berkepentingan, yang juga dapat
memberikan kontribusi dalam memperkaya knowledge base tersebut. Dengan
demikian hasil akhir proyek adalah produk yang berkualitas dan memberikan
manfaat yang memuaskan semua pihak.
3.
Critical Chain Project Management
Setiap proyek atau usaha memerlukan seseorang atau
sebuah organisasi untuk memanajemen tugas-tugas yang berkaitan dengan
proyek yang akan dikerjakan. Setiap proyek memiliki waktu penyelesaian
masing-masing, biaya masing-masing, sumber daya yang berbeda-beda dan
kenadala yang berbedabeda pula. Critical Chain Project Management menjadi
salah satu jalan
keluar dalam membantu memanajemen proyek. CCPM adalah turunan
dari manajemen CPM ( Critical Path Management ).
Critical Chain Project Management atau dikenal juga
sebagai Metode Rantai Kritis adalah metode perencanaan dan pengolahan
proyek yang menekankan pada sumber daya ( sik dan manusia ) yang
diperlukan dalam rangka melakukan tugas-tugas proyek. Tujuan dari penggunaan
CCPM dalam menyelesaikan proyek adalah untuk meningkatkan tingkat
throughput atau tingkat penyelesaian proyek. Sebuah aplikasi dari Teori
Kendala (TOC) untuk proyekproyek.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan tingkat throughput (atau tingkat penyelesaian)
proyek dalam suatu organisasi. Menerapkan tiga pertama dari lima langkah
fokus dari TOC, kendala sistem untuk semua proyek yang diidenti kasi
sebagai sumber daya. Untuk mengeksploitasi kendala, tugas pada rantai
kritis diberikan prioritas di atas semua kegiatan lainnya.
Akhirnya, proyek yang direncanakan dan dikelola untuk memastikan
bahwa sumber daya yang siap ketika tugas rantai kritis harus mulai,
mensubordinasi semua sumber daya lain untuk rantai kritis.
Terlepas dari jenis proyek, rencana proyek harus menjalani
meratakan Sumber Daya, dan urutan terpanjang terbatas sumber daya tugas
harus diidenti kasi sebagai rantai kritis. Dalam lingkungan multi-proyek,
meratakan sumber daya harus dilakukan di seluruh proyek. Namun, cukup
sering untuk mengidenti kasi (atau pilih) a "drum" tunggal
sumber daya-sumber daya yang bertindak sebagai kendala di proyek-proyek
dan terhuyung berdasarkan ketersediaan sumber daya tunggal itu.
CCPM metode baru dalam revolusi cara ber kir yang dapat digunakan untuk
menentukan bagaimana mengurangi / mempercepat pengerjaan proyek dan
meningkatkan kemampuan penjadwalan dan budget yang telah ditentukan. Melepaskan
yang lainnya, membuktikan bahwa pengalaman manager projek telah mengetahui
penting CCPM dari satu dekade, dan kenunikan dari CCPM ada di
terminologinya dari pada isi pokoknya. Aplikasi atau software CCPM
memerlukan software khusus yang sekarang ini telah ditawarkan
oleh beberapa vendor atau instansi yang bukan untuk kebutuhan dagang
pasar.
Sebagai bukti, beberapa organisasi mengingat dengan baik pengangkatan CCPM
sebagai cara untuk meningkatkan kinerja projek yang menyangkut hal biaya
pasti, masalah ekonomi dan perubahan pada budaya dan prosedur. Oleh sebab itu,
kehati-hatian evaluasi dan penilaian dari CCPM sangat berpotensi untuk
membawa peningkatan perintah yang sikni kan. Menurut Badri (1997), manfaat
yang didapat jika mengetahui lintasan kritis adalah sebagai berikut :
- Penundaan pekerjaan pada
lintasan kritis menyebabkan seluruh pekerjaan proyek tertunda
penyelesaiannya.
- Proyek dapat dipercepat
penyelesaiannya, bila pekerjaan-pekerjaan yang ada pada lintasan
kritis dapat dipercepat.
- Pengawasan atau kontrol dapat
dikontrol melalui penyelesaian jalur kritis yang tepat dalam
penyelesaiannya dan kemungkinan di trade (pertukaran waktu dengan biaya
yang e sien) dan crash program (diselesaikan dengan waktu yang
optimum dipercepat dengan biaya yang bertambah pula) atau
dipersingkat waktunya dengan tambahan biaya lembur.
- Time slack atau kelonggaran
waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak melalui lintasan kritis. Ini
memungkinkan bagi manajer/pimpro untuk memindahkan tenaga kerja,
alat, dan biaya ke pekerjaan-pekerjaan di lintasan kritis agar
efektif dan e sien.
4. Extreme
Project Management
XPM (Extreme Project Management) merupakan metodologi
dalam manajemen proyek yang lebih ditujukan untuk proyek yang tidak
diketahui secara jelas sehingga membutuhkan metodologi yang lebih cepat,
fleksibel dan lincah untuk situasi yang tidak menentu dan berubah-ubah.
Sebuah proyek bersifat ekstrem jika :
•
Requirements
dan ekspektasi yang terus berubah-ubah.
•
Waktu
pelaksanaan yang sangat ketat.
•
Suasana
pendukung yang tidak tetap dan terus berubah.
• Self-correcting,
banyak variabel dan ketidakjelasan internal maupun eksternal pada proyek maupun
organisasi sponsor. Tidak ada yang mencatat dan mengarahkan.
• Tidak dapat
diatur secara terstruktur top-down, hanya dapat dipandu dari atas dan diatur
dari bawah sebagai individual, pasangan atau kelompok stakeholder yang melakukan penyesuaian
untuk mengoreksi sendiri (self-correcting) selama proyek berlangsung sambil tetap mengingat hasil
proyek yang diinginkan.
Gambar 1.2 XPM Practices
Dengan demikian XPM adalah seni dan pengetahuan
(sains) tentang memfasilitasi dan mengelola aliran pemikiran emosi dan
interaksi dengan cara memberikan hasil yang bernilai dalam kondisi yang
kacau dan kompleks (keadaan yang amat cepat berubah dan sering berubah-ubah),
penuh ketidakpastian dan tingkat tekanan (stress) yang tinggi.
Kontribusi XPM terhadap kesuksesan proyek dilakukan
dengan tiga cara yaitu :
• Manajer
proyek menyadari bahwa tidak mungkin melakukan penanganan terhadap ketidaktahuan dan ketidakpastian seperti cara menangani sesuatu
yang telah diketahui dan pasti. Tetapi dengan melakukan koreksi sendiri
secara terus menerus (real time), menangani hal itu
barulah dimungkinkan.
• Berfokus
pada komitmen untuk meraih dan mempertahankan misi proyek dengan
• menginspirasikan
hasrat dan keyakinan di antara stakeholder kunci.
• XPM tidak
hanya merupakan metodologi, alat bantu manajemen proyek ataupun
template, tetapi juga menggunakan pendekatan holistik, berpusat pada
sumberdaya manusia, humanistik, berfokus pada bisnis dan berdasarkan
realita.
• XPM dapat
dikatakan berhasil jika mencapai hal-hal berikut ini :
• Klien merasa
puas dengan hasil sementara yang dicapai dan proyek berada pada jalur yang tepat.
• Klien merasa
puas dengan hasil akhir dan sesuai dengan kriteria keberhasilan
yang disepakati sepanjang berlangsungnya proyek.
• Manfaat
hasil proyek dapat dirasakan. Manfaat bisnis yang dituju dengan adanya
proyek tersebut dapat terukur dan jelas.
• Anggota tim
merasa puas selama proyek berlangsung dan berkeinginan untuk terlibat
dalam proyek yang sejenis.
5. Agile Project Management
Metodologi alternatif dalam manajemen proyek yang
populer akhir-akhir ini adalah Agile Project Management. Metodologi ini
berfokus pada manusia, hasil, metode yang minimal dan kolaborasi maksimum
untuk mengantisipasi proyek e-business yang bergerak cepat dan sering berubah.
Pada saat ini iklim bisnis yang bergerak cepat mengharuskan untuk
secepatnya mengakomodasi perubahanrequirement selama masa pengembangan,
dan memberikan update produk yang sesuai dengan evolusi pengembangan
software yang cepat dan perubahan-perubahan user requirements.
Gambar 1. 3 Agile Project Magagement
Manfaat agile development yaitu jika tim dapat lebih
efektif dalam menanggapi perubahan untuk :
•
Mereduksi
biaya perpindahan informasi dari satu orang ke orang lain.
•
Mereduksi
waktu antara pengambilan keputusan dan melihat konsekuensi dari keputusan itu.
•
Menempatkan
orang lebih dekat secara fisik.
•
Menggantikan
dokumen dengan pembicaraan langsung dan di papan tulis.
•
Meningkatkan
rasa kebersamaan dalam tim sehingga setiap orang berkeinginan
untuk memberikan informasi yang bernilai secara cepat.
•
Adanya
kehadiran dan akan lebih baik keterlibatan dari klien yang ahli dalam tim.
•
Bekerja
dengan peningkatan yang berkelanjutan.
•
Adapun
kondisi yang sesuai untuk menerapkan metodologi ini adalah jika :
•
Para
pengguna adalah partisipan aktif dalam penyusunan requirements analysis
dan modeling.
•
Perubahan
dalam requirements selalu disambut secara terbuka dan segera
diantisipasi.
•
Bekerja atas
prioritas tertinggi yang diprioritaskan oleh stakeholder dan
selanjutnya berfokus pada hal yang berisiko tinggi saat pelaksanaan proyek
berlangsung.
•
Modelling
menggunakan pendekatan berulang (iterative) dan meningkat (incremental).
•
Fokus utama
adalah pengembangan software, bukan pada dokumentasi atau modelnya.
•
Penyusunan
model dalam tim secara bersama-sama dan semua anggota dapat
memberikan masukan.
•
Selalu aktif
dan berusaha agar segala sesuatunya tetap simpel.
•
Meninggalkan
sebagian besar atau semua model saat pengembangan berlangsung.
Pemilik proyek memberikan keputusan bisnis, dan pengembang memberikan
keputusan teknis.
•
Isi dari
model lebih penting secara signifikan daripada format atau bentuk model
tersebut.
•
Sangat
penting untuk melakukan pengujian terhadap apa yang digambarkan dalam model.
•
Keuntungan
menggunakan agile project management adalah :
•
Mempersingkat
waktu siklus pengembangan sampai 75%.
•
Beban kerja
yang lebih stabil.
•
Pemanfaatan
beban kerja yang lebih tinggi sebagaimana dalam pengembangan
software skala besar, sistem software dengan jumlah pemrogram yang tetap.
•
Fleksibilitas
yang lebih tinggi untuk perubahan rencana manajemen & pengembangan.
•
Kualitas
yang lebih baik karena umpan balik dini dari klien.
Namun pada
metodologi ini memiliki kelemahan, antara lain sulit untuk menentukan posisi
proyek karena adanya perulangan dalam fase-fasenya demi mengantisipasi
perubahan-perubahan requirements, hanya dapat diterapkan dalam proyek
skala kecil dan menengah karena tidak adanya fokus pada rencana formal
proyek secara keseluruhan, dan membutuhkan tenaga ahli dan bermotivasi
tingga yang tidak selalu tersedia.
Sumber :
Manajemen Proyek Sistem Informasi (Rudy Tantra) (22 Maret 2016) .
Rizani, Herman. 2015. Metodologi dalam Manajeman
Proyek. Diambil dari:
Rizani, Herman. 2015. Relational Unified Process.
Diambil dari:
Rizani, Herman. 2015. Extreme Project Management.
Diambil dari:
Rizani, Herman. 2015. Agile Project Management.
Diambil dari:
Rizani, Herman. 2015. Metodologi Tradisional dalam
Manajemen. Diambil dari: